Oleh: Muhammad Ammar Faishal Dzaky (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)
Wacana tentang Indonesia Emas 2045 tentu sering kita dengar, terutama dengan harapan besar pada peran generasi Z (lahir 1997–2012) dan generasi Alpha (lahir 2013–2024) yang akan berada pada usia produktif saat itu. Gagasan ini pertama kali digaungkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2016 sebagai visi besar bangsa. Dalam konteks ini, Gen Z dan Gen Alpha memegang peranan penting sebagai motor penggerak untuk mewujudkan masa keemasan Indonesia.
Namun, bila kita melihat kondisi generasi muda saat ini, tantangan besar menghadang di depan mata. Krisis karakter, ketergantungan teknologi, minimnya minat baca, tekanan sosial, hingga pengaruh lingkungan yang buruk menjadi kendala serius. Apakah Indonesia Emas 2045 masih bisa diwujudkan?
Tantangan yang Dihadapi Generasi Muda
- Ketergantungan pada Teknologi
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 menunjukkan bahwa 46,2% anak usia 0–18 tahun di Indonesia mendominasi pasar game online. Ketergantungan pada gadget sering kali membuat fokus belajar mereka terganggu. Dalam jangka panjang, kecanduan ini dapat menurunkan daya ingat, mengurangi kemampuan berpikir kritis, dan menghambat potensi generasi muda untuk berkembang. - Rendahnya Minat Baca
UNESCO menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua terbawah dalam tingkat literasi dunia, dengan minat baca hanya 0,001%. Minimnya minat baca berdampak buruk pada kemampuan berpikir, kreativitas, dan pengetahuan generasi muda. Padahal, membaca adalah fondasi utama untuk membangun wawasan yang luas. - Pengaruh Lingkungan
Lingkungan berkontribusi sekitar 70% terhadap perkembangan anak. Lingkungan keluarga, sekolah, dan sosial memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan karakter. Konflik dalam keluarga, seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dapat menyebabkan trauma mendalam pada anak. Lingkungan sekolah juga menghadirkan tantangan, terutama dengan tingginya angka bullying. Data menunjukkan 26% kasus bullying terjadi di jenjang SD, 25% di SMP, dan 18,75% di SMA, dengan jenis bullying fisik mencapai 55,5%. - Krisis Identitas
Generasi muda kini kerap kehilangan arah, mengalami krisis identitas, dan memudar rasa nasionalisme serta patriotisme. Individualisme semakin menguat, sementara nilai-nilai kebangsaan dan budaya mulai terpinggirkan.
Harapan dan Solusi
Meskipun tantangan di atas terasa berat, asa untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 masih ada. Namun, keberhasilan ini membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, pendidik, dan orang tua.
- Peran Pemerintah
Pemerintah perlu memasukkan pendidikan karakter dalam kurikulum secara lebih intensif, terutama melalui pendidikan kewarganegaraan. Nilai-nilai kebangsaan, budaya, dan rasa cinta tanah air harus diajarkan sejak dini dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. - Penguatan Peran Orang Tua dan Guru
Orang tua dan guru adalah agen utama dalam pembentukan karakter anak. Mereka perlu memberikan contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai positif. Lingkungan rumah dan sekolah harus menjadi tempat yang aman dan kondusif bagi perkembangan anak. - Mengatasi Ketergantungan Teknologi
Edukasi tentang penggunaan teknologi yang bijak perlu diterapkan, termasuk batasan waktu penggunaan gadget. Program literasi digital juga harus digalakkan agar generasi muda mampu memanfaatkan teknologi secara produktif. - Meningkatkan Minat Baca
Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk memperluas akses ke bahan bacaan berkualitas, seperti melalui perpustakaan digital atau komunitas baca. Selain itu, mengintegrasikan kegiatan membaca ke dalam aktivitas sehari-hari di sekolah dapat menjadi solusi efektif. - Membangun Lingkungan yang Positif
Lingkungan yang sehat, baik di rumah maupun di sekolah, sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak. Pencegahan bullying dan peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental perlu menjadi fokus utama.
Menuju Indonesia Emas 2045
Dengan menyelesaikan tantangan di atas, mimpi Indonesia Emas 2045 tidaklah mustahil. Generasi Z dan Alpha adalah kunci, tetapi mereka membutuhkan dukungan penuh dari seluruh elemen bangsa. Mari kita bergandengan tangan untuk memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi generasi yang tangguh, cerdas, dan berkarakter.
Tidak perlu menunggu hingga 2045 untuk mewujudkan visi ini. Langkah nyata harus dimulai sekarang. Bersama, kita bisa membawa Indonesia menuju masa keemasan yang sesungguhnya.
(Penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)