BeritaDaerahNews

Kongres Internasional Sama-Bajau Diikuti 14 Provinsi dan Komunitas Serumpun dari Negara ASEAN

737
×

Kongres Internasional Sama-Bajau Diikuti 14 Provinsi dan Komunitas Serumpun dari Negara ASEAN

Sebarkan artikel ini

Banggaikece.id- Kongres Internasional Sama-Bajau resmi dimulai yang diikuti delegasi dari 14 provinsi dan komunitas serumpun dari negara ASEAN, Jumat pagi 13 Desember 2024 di Hotel Estrella Luwuk.

Komunitas serumpun dari negara ASEAN itu seperti Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura, serta delegasi UNESCO.

Kegiatan Kongres Internasional Sama-Bajau ini resmi dibuka oleh Pemerintah Provinsi Sulteng, via zoom.

Turut memberikan sambutan dalam acara Pembukaan Kongres Internasional Sama-Bajau ini, Presiden Keluarga Kerukunan Sama-Bajau Dr. Ir. Abdul Manan dan Kepala Balai Pelestarian Wilayah XVIII Kementerian Kebudayaan, Muhammad Tang.

Usai pembukaan, Kongres Internasional Sama-Bajau dilanjutkan dengan Temu Raya. Agenda ini, peserta melakukan diskusi.

Diskusi dalam kongres mencakup strategi pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi berbasis kelautan yang menguntungkan bagi komunitas maritim.

Kongres ini juga bertujuan untuk merumuskan kebijakan yang mendukung praktik perikanan berkelanjutan dan produk-produk ekonomi kreatif dari sumber daya laut.

Dalam kegiatan ini, juga turut dihadiri dari kademisi dan Lembaga Riset: BRIN, Universitas Indonesia, Chulalongkorn University (Thailand), KITLV-Leiden University (Belanda), Universitas Halu Oleo, Universitas Tadulako.

BACA JUGA:  Seru! Putra Jagal dan Tanjung Tuwis Bertemu di Babak 8 Besar Danki Cup 2024

Melalui kegiatan ini, tak lain untuk memperkuat Diplomasi Budaya Maritim, menjalin kolaborasi lintas negara untuk melestarikan budaya maritim ASEAN, memperkuat identitas budaya bersama, dan membuka peluang kerjasama ekonomi yang berbasis budaya.

Kemudian, kongres ini sebagai ajang mempromosikan Indonesia sebagai Negara Adidaya Budaya Maritim: Mengangkat tradisi Sama-Bajau sebagai bagian integral dari budaya Nusantara dan mempromosikan praktik ekonomi berkelanjutan yang berpijak pada kearifan lokal.

Berikutnya, Kongres ini untuk mengadvokasi budaya Sama-Bajau agar diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, yang akan meningkatkan nilai budaya ini dalam peta internasional.

Mengembangkan potensi ekonomi dari sektor pariwisata budaya dan perikanan berkelanjutan, serta memanfaatkan produk kreatif berbasis laut yang dikelola secara tradisional sebagai daya tarik utama.

Pengakuan UNESCO terhadap Budaya Sama-Bajau sebagai Warisan Budaya Takbenda: Mendapatkan pengakuan internasional atas pentingnya budaya maritim Sama-Bajau sebagai warisan dunia.

BACA JUGA:  Tabrakan Hebat Terjadi di Singkoyo Vixion Vs Sonic

Penguatan Kolaborasi ASEAN dalam Pelestarian Budaya Maritim, menguatkan jaringan kerjasama regional untuk menjaga budaya dan ekosistem maritim yang berkelanjutan.

Diselenggarakan dari tanggal 11 sampai 15 Desember 2024, Festival Sama-Bajau ini merupakan sebuah inisiatif strategis untuk memperkuat diplomasi budaya maritim Indonesia di tingkat ASEAN, mempromosikan ketahanan pangan, serta mendukung keberlanjutan ekonomi berbasis laut.

Festival ini menyuguhkan rangkaian kegiatan yang menampilkan kekayaan budaya maritim dan potensi pangan laut yang dimiliki masyarakat Sulawesi, khususnya komunitas Sama-Bajau, sebagai bagian dari warisan budaya bahari yang berharga.

Melalui festival ini, diharapkan tercipta pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya keanekaragaman hayati laut dan peran tradisi maritim dalam menjaga ekosistem laut.

Komunitas Sama-Bajau, yang terkenal dengan keahlian dalam navigasi laut dan pemanfaatan sumber daya laut secara lestari, memiliki kearifan lokal yang dapat berkontribusi pada ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. Festival ini sekaligus mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan yang dapat menjadi model bagi pengelolaan sumber daya laut di seluruh Asia Tenggara.

BACA JUGA:  Dimulai 19 Januari, LP3M Unismuh Luwuk Gelar Pembekalan KKN-MB Angkatan 37

Selain itu, festival ini juga merupakan wujud nyata dari upaya meningkatkan konektivitas budaya di kawasan Asia Tenggara. Kehadiran delegasi dari negara-negara ASEAN, seperti Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura, memperlihatkan semangat kebersamaan dalam merawat dan mempromosikan budaya maritim sebagai identitas bersama ASEAN.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang untuk menampilkan tradisi bahari dan pangan laut, tetapi juga berperan sebagai forum diplomasi budaya yang menghubungkan negara-negara di kawasan melalui sejarah, perdagangan, dan budaya yang sudah terjalin sejak lama melalui jalur maritim.

Dengan demikian, festival ini diharapkan dapat menjadi platform untuk memperkuat kolaborasi lintas negara dalam pelestarian budaya maritim dan pengelolaan keanekaragaman hayati laut, yang sangat relevan dengan upaya menghadapi tantangan perubahan iklim dan degradasi ekosistem. (*)