BeritaDaerahNews

Kadis Faisal Beberkan Keluarga Berisiko Stunting di Banggai Turun Drastis Jadi 12 Ribu

360
×

Kadis Faisal Beberkan Keluarga Berisiko Stunting di Banggai Turun Drastis Jadi 12 Ribu

Sebarkan artikel ini
Kadis P2KBP3A Banggai, Faisal Karim membeberkan, bahwa jumlah keluarga berisiko stunting di daerah ini turun drastis menjadi 12 ribu keluarga. FOTO; BANGGAIKECE

Banggaikece.id- Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Banggai, Faisal Karim S.Sos., M.Si., membeberkan, bahwa jumlah keluarga berisiko stunting di daerah ini turun drastis.

Jika di tahun 2023, jumlah keluarga berisiko stunting itu berada di angka 16 ribu, maka tahun 2024 turun menjadi 12 ribu keluarga. Angka ini menunjukkan penurunan yang cukup drastis.

“Jumlah keluarga berisiko stunting yang sebelumnya di tahun 2023 16 ribu sekian, tahun ini turun menjadi 12 ribu keluarga,” ungkap Kadis Faisal Karim dalam laporan dan pemaparan materi dengan tema Penguatan Ketahanan Perempuan Dalam Percepatan Penurunan Stunting Menuju Part II di Banggai, Senin 23 September 2024, bertempat di Hotel Estrella Luwuk.

BACA JUGA:  Makin Sengit! 8 Tim Lolos ke Perempat Final Open Turnamen Sepakbola Danki Cup, Perebutkan Hadiah Rp80 Juta

Kegiatan yang dirangkaian dengan Pengukuhan Ketua Darmawanita Persatuan (DWP)  OPD dan Ketua DWP Kecamatan itu dihadiri langsung oleh Bupati Banggai, Ir. H. Amirudin dan Ketua TP PKK Banggai.

Kadis Faisal Karim melaporkan, bahwa kegiatan ini diikuti sedikitnya 1.000 peserta, di mana semua kecamatan yang ada hadir di acara penting tersebut.

“Kegiatan sore ini adalah part 1, baru perdana. Insya Allah, part 2-nya tahun depan. Teman-teman camat, OPD, semua hadir dalam kegiatan ini, kurang lebih 1000 peserta,” kata Kadis Faisal Karim.

Keberadaan perempuan dalam menekan atau percepatan penurunan stunting memiliki peran yang sangat strategis. Olehnya, perlu penguatan kapasitas untuk bisa bersinergi dalam menekan stunting di Kabupaten Banggai.

BACA JUGA:  Dimulai 19 Januari, LP3M Unismuh Luwuk Gelar Pembekalan KKN-MB Angkatan 37

Dalam paparannya, Kadis Faisal juga menjelaskan tentang stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. 

Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. 

Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.

Kemudian, keluarga sasaran yang memiliki faktor risiko untuk melahirkan anak stunting dengan keluarga sasaran terdiri dari PUS, ibu hamil keluarga dengan anak 0-23 bulan, dan keluarga dengan anak 24-59 bulan, serta penapisan faktor risiko yang mudah diamati dan memenuhi signifikansi dalam mempengaruhi terjadinya stunting, yaitu sanitasi akses air bersih, serta kondisi 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak) dan kesertaan KB modern.

BACA JUGA:  Laka Maut di Toili Barat Motor Vs Truk, Pria Asal Morowali Meregang Nyawa 

Keluarga sasaran, yakni PUS, adalah keluarga yang memiliki istri dengan usia 15 sd 49 tahun.

PUS hamil, adalah keluarga yang memiliki stridengan usia 15 sd 49 tahun dan sedang hamil.

Keluarga punya baduta, adalah keluarga yang memiliki anak dengan usia 0 sd 23 bulan.

Keluarga punya balita, adalah keluarga yang memiliki anak dengan usia 24 s.d 59 bulan. (*)