BeritaKesehatanNews

KPA Banggai Beberkan Pengaruh Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Penularan HIV/AIDS

960
×

KPA Banggai Beberkan Pengaruh Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Penularan HIV/AIDS

Sebarkan artikel ini

Banggaikece.id – Sejumlah narasumber dihadirkan dalam kegiatan sosialisasi bertajuk “Edukasi Sehat Remaja, Bersama Satuan Pendidikan Cegah Kekerasan dan Narkoba untuk Mewujudkan Pendidikan yang Inklusif” yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Banggai.

Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, Senin hingga Selasa (6–7/10/2025) di salah satu hotel di Kota Luwuk, dengan peserta yang terdiri dari guru-guru perwakilan sekolah menengah pertama (SMP) se-Kabupaten Banggai.

Salah satu narasumber yang dihadirkan yakni Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banggai, Hj. Rampia Laamiri, yang membawakan materi tentang “Pengaruh Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Penularan HIV/AIDS.”

Dalam paparannya, Rampia menjelaskan bahwa masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, psikologis, dan sosial. Pada masa ini, remaja sangat rentan terhadap perilaku berisiko akibat rasa ingin tahu yang tinggi serta minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

BACA JUGA:  Tim Tuan Rumah GMC Gori-gori dan Pamsi Sinorang Raih Kemenangan di Penyisihan Grup

Ia menekankan pentingnya pemahaman kesehatan reproduksi yang mencakup aspek fisik, mental, dan sosial, agar remaja dapat menjaga diri dari risiko seperti kehamilan tidak diinginkan dan infeksi menular seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS.

Rampia juga menguraikan bahwa hak-hak remaja meliputi akses terhadap informasi yang benar, layanan kesehatan yang ramah, serta perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. “Remaja berhak mendapatkan informasi dan pendampingan yang benar tentang tubuh dan kesehatannya, agar dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab,” ujarnya.

BACA JUGA:  Dihadiri Asisten III, KPU Bangkep Gelar Pleno Rekapitulasi PDPB Triwulan IV Tahun 2025

Lebih lanjut, ia menjelaskan hubungan erat antara perilaku remaja dan penularan HIV/AIDS. Menurutnya, kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi, tekanan dari teman sebaya, serta rendahnya keterampilan mengambil keputusan menjadi faktor yang meningkatkan risiko penularan HIV.

Sebagai langkah pencegahan, Rampia menekankan pentingnya edukasi komprehensif mengenai pubertas, seksualitas, kontrasepsi, dan HIV/AIDS di sekolah. Selain itu, peningkatan akses layanan kesehatan reproduksi ramah remaja, kegiatan positif, dan penguatan life skills juga menjadi kunci dalam menekan angka penularan HIV di kalangan muda.

Ia juga memaparkan peran penting guru dan orang tua dalam membentuk kesadaran serta karakter remaja. Guru, kata Rampia, memiliki peran edukatif, preventif, dan konseling untuk membantu siswa memahami kesehatan reproduksi secara benar, menolak ajakan negatif, serta membangun lingkungan sekolah yang aman dan ramah.

BACA JUGA:  Bencana Sumatra: Bukti Nyata Bahaya Perusakan Alam dalam Sistem Kapitalisme

“Orang tua pun berperan besar melalui komunikasi terbuka, penanaman nilai moral, serta menjadi panutan bagi anak-anaknya,” jelas Rampia.

Di akhir materi, ia mengingatkan bahwa HIV tidak menular melalui sentuhan fisik biasa, penggunaan alat makan bersama, air liur, keringat, atau gigitan serangga. Penularan hanya terjadi melalui hubungan seksual berisiko, transfusi darah yang tidak aman, dan penggunaan jarum suntik tidak steril.

Kegiatan sosialisasi ini menjadi ajang penting dalam memperkuat sinergi antara sekolah, orang tua, dan lembaga kesehatan dalam menciptakan generasi muda yang sehat, berkarakter, serta bebas dari HIV/AIDS. (*)