BeritaNasionalNews

Kelompok Yagamoudo Agiya Papua Nabire Rajut Beragam Noken, Kerajinan Tradisional Papua Tengah

1065
×

Kelompok Yagamoudo Agiya Papua Nabire Rajut Beragam Noken, Kerajinan Tradisional Papua Tengah

Sebarkan artikel ini

Nabire, Papua Tengah – Noken adalah tas anyaman khas Papua yang dibuat dari serat kayu atau benang dengan teknik merajut. Kelompok Yagamoudo Agiya Papua yang beralamat di samping Jalan Pasar Oyehe, depan Taman Gizi Nabire, terus melestarikan tradisi ini. Senin (1/9/2025).

Ketua kelompok, Hana Kotouki, menyadari bahwa noken dibuat dari bahan serat kayu atau benang yang kuat dan tahan lama. Proses pembuatannya menggunakan teknik merajut yang rumit dan membutuhkan ketelatenan.

“Noken memiliki desain unik dan beragam, dengan motif yang sering kali menggambarkan kehidupan sehari-hari bagi mama-mama Papua,” ungkap Kotouki.

BACA JUGA:  Bencana Sumatra: Bukti Nyata Bahaya Perusakan Alam dalam Sistem Kapitalisme

Sekretaris kelompok, Albertina Waine, menambahkan bahwa noken digunakan sebagai tas untuk membawa berbagai barang seperti makanan, pakaian, atau hasil bumi.

“Noken memiliki nilai budaya yang tinggi dan menjadi simbol identitas masyarakat Papua. Rajut noken bukan hanya kerajinan tradisional, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial yang penting bagi masyarakat Papua Tengah maupun bagi orang-orang dari luar daerah yang berkunjung,” jelas Waine.

BACA JUGA:  Tim Tuan Rumah GMC Gori-gori dan Pamsi Sinorang Raih Kemenangan di Penyisihan Grup

Sementara itu, Bendahara kelompok, Yohana Keiya, mengungkapkan bahwa pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Tengah, termasuk kaum perempuan, melalui pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha.

BACA JUGA:  Imigrasi Banggai Perkuat Layanan Informasi Melalui WHAPI

Namun, ia menyayangkan bahwa dalam sejumlah kegiatan karnaval atau festival, yang sering dilibatkan justru pihak luar. Padahal, komunitas lokal masih banyak yang aktif melestarikan tradisi pembuatan noken sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

“Di sini banyak komunitas lokal yang terus menjaga tradisi noken. Kami berharap perhatian lebih diberikan agar kerajinan ini tetap lestari,” tutup Keiya. (*)

Penulis: Jeri P Degei