Banggaikece.id – Bupati Morowali Utara Dr. dr. Delis Julkarson Hehi, MARS meresmikan Tugu Pemilu Bermartabat di Desa Menyo’e, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sabtu sore (15/11/2025).
Diikuti dari media center delis djira, Rombongan bupati tiba di desa paling ujung di pedalaman suku Wana itu dengan menempuh perjalanan sekitar dua jam dari Tanasumpu, ibu kota Kecamatan Mamosalato.
Sebelum jalan ini mulus seperti sekarang, poros Tanasumpu – Menyo’e, bisa ditempuh lebih sepuluh jam. Saat itu masyarakat yang berdiam di pedalaman Wana benar-benar terpencil dan terisolasi.
Dalam rombongan itu, bupati didampingi senator DPD RI sekaligus Ketua TP PKK Morut Febriyanthi Hongkiriwang, Wakapolres Morut Kompol Anton Hasan Mohamad, SH, MM, Ketua KPU Morut Rudi Hartono, dan Ketua Bawaslu Morut John Libertus Lakawa.
Selain itu hadir pula anggota DPRD Morut I Made Karsana, Perwakilan dari Kejari Morut, BPN, Camat Mamosalato IC Tungka, Camat Bungku Utara Asgar Lawahe, pimpinan OPD di lingkup Pemda Morut, para kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan perusahaan dan masyarakat setempat.
Pada awal sambutannya, Bupati Morut mengungkapkan munculnya lde pembangunan tugu pemilu bermartabat di Menyo’e. Kenapa bukan di kota atau di desa lain?
“Tugu ini memang didedikasikan untuk warga Desa Menyo’e, Tatua-tatua Sampuria, dan masyarakat Ta’a Wana pada umumnya. Ini penghargaan dan pengakuan atas penyelenggaraan pemilu yang berintegritas dan bermartabat di desa ini,” jelas bupati.
Ia menguraikan, pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Morowali Utara tahun 2020, pemilih di Desa Menyo’e benar-benar telah menggunakan hak suaranya berdasarkan hati nurani, kejujuran dan bermartabat.
Bahkan saat itu tercatat sekurang-kurangnya ada 41 orang pemilik hak suara mengaku diberi uang sebesar Rp 1 juta per orang dari calon tertentu untuk membeli suaranya.
“Yang luar biasa, ke-41 orang yang mengaku diberi uang itu, melaporkan sekaligus mengembalikan uang total Rp 41 juta kepada pemberinya. Ini jadi contoh tentang pemilu yang jujur dan berintegritas. Fakta seperti ini sulit kita dapatkan di tempat lain,” tegas Bupati Delis, disambut tepuk tangan hadirin.
Yang luar biasa pula, masyarakat di Menyo’e ini tidak tergolong sebagai masyarakat yang hidup berkecukupan dan berpendidikan tinggi. Namun mereka tidak terbuai dengan pemberian yang cukup besar itu karena dinilai tidak sesuai dengan hati nuraninya.
“Mereka boleh hidup sederhana, pendidikan rendah, tapi nurani dan harga diri tidak mudah terbeli. Inilah yang menjadi alasan dibalik berdirinya tugu ini,” ujarnya lagi.
Dijelaskan pula, tugu ini ditopang tiga tiang utama yang menggambarkan peserta pemilu (kandidat), penyelenggara pemilu, dan masyarakat (pemilih hak suara).
Ketiga penyangga ini harus bersatu dan memiliki komitmen yang sama untuk menghasilkan pemilu yang bermartabat. Tidak bisa hanya satu atau dua pihak.
Hal-hal yang mencederai demokrasi itu, biasanya kandidatnya tidak mau kasih uang tapi masyarakat minta, atau masyarakat tidak minta tapi kandidatnya tawarkan. Atau bisa pula karena penyelenggaranya tidak netral karena satu dan lain hal
“Jadi, tiga pilar inilah yang menjadi tonggak demokrasi dari pemilu yang bermartabat,” tegasnya. (*)




