Banggaikece.id – Di ujung timur Kabupaten Banggai, tersembunyi sebuah desa yang hidup dalam harmoni: Sumber Agung, Kecamatan Nuhon. Desa ini bukan sekadar permukiman, tetapi oase ketenangan yang dikelilingi hutan rimbun, kebun rakyat, dan aliran sungai jernih yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari warganya.
Setiap pagi, alam bersenandung lewat kicauan burung dan angin yang menyapu sawah-sawah luas. Anak-anak berangkat sekolah, petani mengolah tanah, dan warga saling menyapa dengan kehangatan khas desa. Semangat gotong royong masih terjaga dalam tiap momen penting: panen, hajatan, hingga peringatan hari kemerdekaan.
Namun, harmoni itu kini berada di ambang ancaman. Rencana masuknya perusahaan tambang mengguncang ketenangan warga. Potensi eksploitasi yang merusak lingkungan memunculkan kegelisahan mendalam, menggerakkan kesadaran kolektif warga untuk melawan.
Dari keresahan itu, lahirlah HANTAM (Himpunan Anti Tambang), sebuah gerakan rakyat yang dipimpin oleh Agus Supriadi.
Organisasi ini menjadi garda terdepan dalam menjaga kelestarian alam Sumber Agung. Mereka menolak tambang, bukan karena ketakutan, tapi karena cinta—kepada tanah, air, udara, dan masa depan anak cucu.
HANTAM telah menjelma menjadi simbol perlawanan rakyat dari timur Banggai. Suara mereka menggema dari balik bukit dan lembah, menyuarakan harapan agar alam tetap lestari dan tidak dikorbankan demi kepentingan sesaat.
Sumber Agung bukan sekadar titik di peta. Ia adalah jiwa yang hidup. Dan kini, jiwanya tengah bersuara. (*)




