Banggaikece.id- Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Morowali, Kuswandi-Syahnil Umar memiliki strategi yang diyakini ampuh untuk mengentaskan kemiskinan di kabupaten yang kaya dengan sumber daya alam itu.
Calon Bupati Morowali nomor urut 2, Kuswandi mengatakan, tingginya angka kemiskinan hingga 12,31 persen adalah bentuk kegagalan pemerintah daerah selama lima tahun terakhir.
“Ini adalah suatu kegagalan bagi pemerintah daerah selama lima tahun, karena tidak mampu mengeluarkan daerah ini dari kemiskinan,” cetus Kuswandi saat menjawab pertanyaan yang dibacakan moderator.
Penurunan angka kemiskinan hanya 0,27 persen dari 2022-2023, adalah capaian yang sangat kecil dan sebuah ironi.
Kedepan, jika pasangan calon ini terpilih, akan menargetkan kemiskinan di Morowali turun hingga 3 persen.
“Caranya bagaimana? Langkah mitigasi yang telah kami siapkan dalam rangka
Penanganan kemiskinan. Salah satunya
memberikan subsidi, bantuan sosial Hingga mengatasi persoalan gas elpiji,” bebernya.
Menurutnya, kelangkaan gas elpiji dan harganya selangit, menjadi pemicu dan beban bagi masyarakat yang ekonominya rendah. Sehingga kedepan, ia akan membangun stasiun pengisian elpiji. Sehingga harga gas elpiji bisa setara dengan daerah-daerah lainnya,” tuturnya.
Menurutnya, pembangunan SPBE menjadi salah satu strateginya untuk menekan kemiskinan di daerah ini. Sehingga masyarakat Morowali, tidak lagi terbebani dengan elpiji gang harganya selangit. “Olehnya, di mana pun bapak ibu berada, ayo ramai-ramai kita dukung nomor dua, gas nomor 2,” ucapnya.
Strategi yang dibeberkan Kuswandi, ternyata menjadi sorotan bagi Pasangan Calon nomor urut satu di sesi tanya jawab antar Paslon.
“Ini hanya salah satu program untuk pengentasan kemiskinan, masih banyak program-program lainnya, seperti subsidi, bansos dan lain-lain. Tak terkecuali, pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan,” tekannya.
Menurut Kuswandi, persoalan gas elpiji di Morowali tidak bisa dianggap remeh atau sepele. Sehingga siapapun yang terpilih nanti memimpin daerah itu, kiranya Pembangunan SPBE bisa menjadi prioritas.
“Penurunan kemiskinan 0,27 persen adalah sebuah kegagalan. Karena inilah yang terjadi, ironi. Di tengah pertumbuhan ekonomi kita tinggi, tapi tidak berbanding lurus dengan angka kemiskinan kita yang justru tinggi,” tandasnya, yang disambut riuh tepuk tangan para pendukung. (*)