BeritaDaerahNewsPendidikan

Baju Seragam Tak Gratis, Banyak Anak di Jaya Bakti Pagimana Terpaksa Harus Putus Sekolah

1123
×

Baju Seragam Tak Gratis, Banyak Anak di Jaya Bakti Pagimana Terpaksa Harus Putus Sekolah

Sebarkan artikel ini

Banggaikece.id- Lantaran baju seragam sekolah yang cukup mahal untuk dijangkau, banyak anak-anak di Desa Jaya Bakti harus putus sekolah. Kondisi ini tentunya sangat memprihatikan, di tengah APBD Banggai yang dibanggakan mencapai Rp3,1 Triliun.

Hal ini diutarakan warga Desa Jaya Bakti, di sela-sela kampanye terbatas Pasangan Calon nomor urut 3 Sulianti Murad- Samsul Bahri Mang, Kamis, 31 Oktober 2024.

Nurlela misalnya salah satu wanita paruh baya yang harus menyekolahkan dua anaknya di tingkatan Sekolah Menengah Pertama.

BACA JUGA:  Seru! Putra Jagal dan Tanjung Tuwis Bertemu di Babak 8 Besar Danki Cup 2024

“Dua anak saya satu baru mau masuk SMP satu lagi sementara sekolah SMP tapi sudah putus sekolah,” keluh Nurlela, menceritakan beratnya menyekolahkan anak di kondisi ekonomi yang tak menentu itu.

Menurut warga setempat, di Sekolah Dasar (SD) dan SMP (SMP) mereka harus menebus seragam sekolah dan atributnya dengan kisaran Rp300 ribu. Sementara Sekolah Menengah Atas (SMA) harus menebus baju batik dan olahraga kisaran Rp600 ribu.

BACA JUGA:  Ratusan Tenaga Non-ASN Geruduk Kantor Bupati, DPRD, dan BKPSDM Bangkep Tuntut Keadilan

“Bagus kalau cuma yang anak satu, ini di sini torang ada yang lima bahkan sampe 6 anak jadi babayar biasa sampe Rp2 juta lebe,” tutur warga.

Hal serupa, Idang membeberkan akibat baju sekolah yang harus membayar, tak sedikit anak sekolah tidak memakai seragam sesuai dengan harinya hingga tidak mau lagi bersekolah.

“Ada yang sekolah tapi tidak berseragam. Mau tidak mau hari Rabu dan Kamis yang pake batik, anak-anak cuma pake baju putih-putih. Ada yang sampe tidak sekolah kasihan,” ucap Idang.

BACA JUGA:  Thower FC, Bintang Akambars FC, dan MZ A FC Raih Kemenangan di Penyisihan Futsal Open Turnamen Solidarity Cup for Palestina 2025

Warga juga mengaku, selain penyebab membayar baju sekolah, bantuan yang tidak lagi dirasakan dan tidak tepat sasaran merupakan salah satu alasan anak-anak di Desa Jaya Bakti harus berhenti sekolah. “Karena untuk jajan dan untuk makan sudah tidak,” keluh Harianti. (*)