BeritaDaerahNews

Petani Merugi, Puluhan Hektare Sawah di Gori-gori Batui Selatan Gagal Panen

234
×

Petani Merugi, Puluhan Hektare Sawah di Gori-gori Batui Selatan Gagal Panen

Sebarkan artikel ini
Example 300250

Banggaikece.id– Memasuki masa panen padi jadwal  Masa Tanam (MT) I Tahun 2024, puluhan Hektare Lahan padi di desa Gori-gori, Kecamatan Batui Selatan gagal panen akibat musim penghujan. 

Masalah ini diduga bersumber dari lambatnya pengerjaan saluran irigasi yang mengaliri air ke sawah-sawah petani di desa tersebut. 

Proyek yang seharusnya selesai pada saat jadwal masa tanam normal petani, namun molor pengerjaanya di saat petani membutuhkan air lewat irigasi tersebut saat masa pembongkaran lahan. 

Peristiwa inilah yang menyebabkan mundurnya jadwal panen yang pada mestinya sudah panen di sekitar bulan April namun saat ini mundur menjadi bulan Mei. 

BACA JUGA:  Lomba Pentas Seni Meriahkan Banggai Government Expo, Mulai Pop Singer Hingga Dero Kreasi

Akibatnya petani padi di Desa Gori-Gori harus menelan pil pahit di mana panen kali ini memasuki musim penghujan, terancam gagal panen.

Rafit  salah seorang tokoh pemuda dan juga petani di desa tersebut mengaku sangat menyayangkan kejadian ini.

“Pihak dari pengamat pengairan Kecamatan Batui Selatan tidak memberikan solusi pada saat pertemuan bersama petani, akibatnya saat ini  masuknya masa panen di musim penghujan yang tentunya merugikan petani,” cetusnya.

BACA JUGA:  Duh! Baru Setahun Dikerjakan, Jalan Dana Inpres di Simpang Raya Sudah Rusak

Kekhawatiran petani yang ada di Desa Gori-Gori Kecamatan Batui Selatan kini benar benar terjadi dengan dampak keterlamabtan jadwal penanaman padi akibat pembongkaran saluran irigasi yang tak kunjung selesai pengerjaanya sampai saat ini. 

Hampir keseluruhan petani padi yang ada di desa Gori-Gori diduga mengalami kerugian karena gagal panen akibat hujan yang terus menerus mulai dari akhir bulan april. 

“Begitu banyak padi masyarakat yang saat ini membusuk karna tidak bisa terjemur belum lagi yang masih di sawah di mana kondisinya rubuh akibat curah hujan dan angin kencang, itu semua mempengaruhi hasil panen yang tidak maksimal” ungkap rafit .

BACA JUGA:  Rakor KPA Tingkat Sulteng, Upaya Tingkatkan Penanggulangan dan Pencegahan HIV-AIDS

Ia meminta kepada Pemerintah Daerah serta pihak terkait untuk menseriusi peristiwa ini, karena menurutnya ini sangat merugikan petani. 

Apalagi saat ini  biaya bertani padi yang terbilang cukup mahal. 

“Harus ada solusi konkrit dari pemerintah, kami selaku petani menuntut hak-hak kami agar kami bisa bertani seperti sedia kala dengan jadwal Tanam yang kembali normal” tandasnya. (*)