BeritaNews

Tatabua Labobo, Tradisi Sambut Saudara dari Batui di Teluk Tolo

339
×

Tatabua Labobo, Tradisi Sambut Saudara dari Batui di Teluk Tolo

Sebarkan artikel ini

Banggaikece.id – Setelah dinanti beberapa saat, rombongan pembawa telur Maleo dari Batui, Kabupaten Banggai, akhirnya bersandar di Pelabuhan Teluk Tolo, Desa Mansalean, Kecamatan Labobo, Kabupaten Banggai Laut (Balut), pada Rabu (3/12/2025) sekitar pukul 14.00 WITA. Kedatangan rombongan disambut dengan pemukulan beduk Tatabua Labobo sebagai tanda penghormatan.

Prosesi singgahnya rombongan di Pantai Tolo ini merupakan bagian dari tradisi ritual pergantian pembungkus telur. Setelah pembungkus diganti, dilanjutkan dengan prosesi menghanyutkan bekas pembungkus telur ke laut.

Menurut cerita orang tua dahulu, bekas pembungkus yang dihanyutkan itu akan terdampar lebih dulu di Pantai Banggai sebelum rombongan pembawa telur tiba, sehingga proses penjemputan dapat dipersiapkan oleh Tomundo Banggai.

BACA JUGA:  Derby Kintom Tersaji di Babak Final Turnamen Sepakbola Demokrat Cup 2025

Ketua Adat Batui, H. Kamarudin, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ikatan kekeluargaan antara Batui, Labobo, dan Banggai—sebuah jalinan yang sulit dipisahkan. “Karena melalui ritual Tumbe ini, hubungan kekeluargaan dan persaudaraan kita tetap terjaga dengan baik,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa ritual pengantaran Tumbe bukan sekadar tradisi biasa. Menurutnya, ada beberapa proses yang mirip dengan pelaksanaan ibadah haji. “Di Tanjung Pinalong, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, kita harus istirahat sejenak dan melakukan pelemparan, ini sama dengan melempar jumrah. Di Tolo kita lakukan pergantian pembungkus yang bisa dimaknai seperti mengganti pakaian ihram. Dan sebelum bersandar di Pelabuhan Banggai, kita harus memutar beberapa kali, ini sama dengan tawaf atau sa’i,” tambahnya.

BACA JUGA:  Nusantara U17 Lolos ke Final Usai Tumbangkan Smantil FC 10-5

Sementara itu Ketua Adat Labobo, Sutrisno J. Supu, dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada rombongan, dan menegaskan bahwa ritual Molabot Tumbe hingga kini masih menjadi perekat persatuan Banggai bersaudara. “Perlu diapresiasi bahwa dalam rombongan ini banyak pemuda yang turut serta sebagai regenerasi pelestari ritual Tumbe. Ini pertanda bahwa nilai-nilai leluhur akan tetap dijaga dan dipertahankan,” tegas Sutrisno.

BACA JUGA:  Bencana Sumatra: Bukti Nyata Bahaya Perusakan Alam dalam Sistem Kapitalisme

Kepala Desa Mansalean, Muammar Yati, juga menyampaikan kekagumannya setelah mengetahui adanya kemiripan proses pengantaran Tumbe dengan manasik haji.

Ia menegaskan bahwa sakralnya ritual penyambutan Tumbe di Tolo sangat dinanti masyarakat Labobo. “Ini terlihat dari antusias seluruh kepala desa, perangkat desa, BPD, dan masyarakat yang turut hadir menanti dengan rindu ingin berjumpa,” kata Kades Muammar.

Hadir dalam prosesi penjemputan tersebut Camat Labobo Zulbahri, Sekcam Labobo Arsan, Kapolsek, serta Danramil 1308/09 Lobangkurung. Asw