NewsOpini

Pekarangan Produktif di Banggai: Integrasi Ayam Petelur dan Sayuran Organik Tingkatkan Ketahanan Pangan

2306
×

Pekarangan Produktif di Banggai: Integrasi Ayam Petelur dan Sayuran Organik Tingkatkan Ketahanan Pangan

Sebarkan artikel ini
Dwi Wijayanti, S.Pt.,M.P (Mahasiswa Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang dan Dosen Program Studi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah Luwuk). FOTO: IST

Oleh: Dwi Wijayanti, S.Pt.,M.P (Mahasiswa Doktor Ilmu Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang dan Dosen Program Studi Agribisnis di Universitas Muhammadiyah Luwuk).

Di tengah tantangan ekonomi, ancaman krisi pangan global, fluktuasi harga kebutuhan pokok, serta meningkatnya kesadaran akan pola hidup sehat, pekarangan rumah tangga merupakan aset lokal yang kerap terabaikan dam strategi ketahanan pangan keluarga. 

Pemanfaatan lahan sempit di sekitar rumah memiliki potensi signifikan sebagai solusi alternatif dalam penyediaan sumber pangan yang sehat dan berkelanjutan. Melalui sistem integrasi yang sederhana namun efektif, pekarangan rumah dapat dikembangkan menjadi sistem produksi pangan skla mikro yang membentuk ekosistem tertutup dan saling mendukung. 

Sistem integrasi memungkinkan pemanfaatan limbah organik sebagai input produksi, mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia sistetis dan pakan komersial, serta mendorong efesiensi sumber daya. Dengan demikian pekarangan tidak lagi dipandang sebagai ruang residensial pasif, melainkan sebagai ruang produktif yang berkontribusi terhadap pemenuhan gizi keluarga dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rumah tangga.

Pekarangan Ruang Hidup yang Produktif

Pekarangan rumah tidak semata-mata berfungsi sebagai ruang hijau atau area rekreatif, melainkan memiliki potensi strategis sebagai sumber produksi pangan bergizi, ekonomi dan ramah lingkungan apabila dirancang secara terencana. 

Integrasi antara budidaya ayam petelur dan penanaman sayuran organik dalam ruang pekarangan menciptakan sistem pertanian terpadu yang bersifat sinergis, dimana kotoran ayam dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman sementara limbah sayuran dapat digunakan sebagai pakan tambahan alami bagi ternak. Sistem integrasi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan pekarangan, tetapi juga medorong diversifikasi sumber pangan rumah tangga sehingga memperkuat kemandirian pangan keluarga, berkontribusi terhadap ketahanan pangan lokal dan membuka peluang peningkatan pendapatan melalui penjualan serta hasil sayuran organik, secara keseluruhan sisstem integrasi ini berperan dalam memperluas akses terhadapa pangan sehat di tingkat rumah tangga, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, serta mendorong penerapan praktik pertanian berkelanjutan berbasis sumber daya lokal. 

BACA JUGA:  Persik Kintom & Dynamites FC Amankan Tiket Terakhir ke Semifinal Piala Hari Pahlawan U-17 2025

Ketahanan Pangan dari Halaman sendiri

Implementasi sistem integrasi anatara budidaya ayam petelur dan sayuran organik dalam pekarangan rumah tangga menunjukkan dampak positif terhadap efesiensi ekonomi  dan ketahanan pangan keluarga. Rumah tangga yang menerapkan model ini mengalami pengeluaran harian sebesar 35% hingga 40% per bulan, sehingga memungkinkan adanya alokasi dana untuk kebutuhan non-pangan maupun investasi produktif lainnya. Pola panen yang bersifat harian untuk telur dan mingguan untuk sayuran menjamin kontinuitas ketersediaan pangan bergizi, khususnya protein hewani dan mikronutrient dari sayuran segar, dalam kondisi surplus produksi, hasil panen dapat dijual atau dituka dengan komoditas pangan lain sehingga menciptakan arus kas mikro yang mendukung stabilitas ekonomi rumah tangga. Sayuran yang dihasilkan melalui sistem integrasi ini memiliki tingkatt keamanan pangan yang lebih tinggi karena bebas dari residu pestisida kimia, sementara telur yang dihasilkan dari ayam yang dipelihara secara semi intensif menunjukkan kualitas gizi yang terjaga. Peningkatan konsumsi telur dan sayuran segara secara konsisten berkontribusi langsung terhadap peningkatan asupan gizi mikro dan makro dalam keluarga yang secara khusus berdampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Dengan demikian sistem integrasi pekarangan produktif ini tidak hanya berfungsi sebagai strategi pemenuhan kebutuhan pangan tetapi sebagi instrumen peningkatan kualitas hidup dan kesehjahteraan keluarga secara berkelanjutan. 

BACA JUGA:  Kades Tirta Sari Serahkan Sertifikat Elsimil di Hari Bahagia Indriani dan Indrawan

Sistem integrasi ini menunjukkan tingkat adaptabilitas yang tinggi terhdap keterbatasan ruang dan sumber daya, sistem ini dapat diimplementasikan pada lahan pekarangan dengan luas minima 10 hingga 20 m2 yang fleksibel untuk ditata secara vertikal maupun horizontal sesuai dengan kondisi fisik lingkungan, sluruh kebutuhan pupuk tanaman dipenuhi dari kotoran ayam yang diolah secara mandiri, sehingga mengeliminasi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang berbiaya tinggi. Efesiensi pakan ternak juga tercapai melalui pemanfaatan sisa-sisa sayuran yang tidak layak konsumsi. Pengelolaan sistem integrasi ini dapat dilakukan oleh ibu rumah tangga maupun kelompok lanjut usia sehingga menjadikannya sebagi kegiatan produktif yang insklusif dan memberdayakan, disamping manfaat ekonomi dan peningkatan asupan gizi, sistem integrasi ini turut memperkuat peran perempuan dalam pengelolaan sumber pangan keluarga. Keterlibatan aktif perempuan dalam proses produksi dan distribusi pangan lokal berkontribusi terhadap peningkatan literasi pangan, kemandirian rumah tangga serta penguatan ketahanan pangan berbasis komunitas.

Integrasi budidaya ayam petelur dan sayuran organik dalam skala pekarangan terbukti mampu memenuhi kebutuhan pangan harian keluarga khususnya dalam hal asupan protein hewani dan sayuran segar. Satu unit rumah tangga yang memelihara lima ekor ayam petelur dan mengelola lahan sayur seluas ± 10m2 dapat menghasilkan sekitar 120 butir telur per bulan dengan nilai ekonomi berkisar antara Rp 240.000 hingga Rp 300.000. pada periode yang sama produksi sayuran organik bisa mencapai ± 15 kg dengan nilai ekonomi sebesar Rp 150.000 hingga Rp 225.000 dengan demikian total efesiensi biaya dan potensi pendapatan yang diperoleh keluarga dari sistem pekarangan produktif ini diperkirakan mencapai Rp 450.000 hingga Rp 525.000. Sistem integrasi ini dirancang dengan pendekatan Zero waste dimana limbah organik rumah tangga dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kotoran ayam diolah menjadi pupuk kompos untuk tanaman. Sistem integrasi ini tidak hanya mendukung prinsip pertanian berkelanjutan tetapi juga menunjukkan efektivitas pemanfaatan ruang terbatas di lingkungan domestik, khususnya pekarangan rumah sebagai sumber produksi pangan yang ramah lingkungan dan ekonomis.

BACA JUGA:  Mahasiswa IPMANAPANDODE Sorong Raya Gelar Makan Bersama untuk Menandai Duka Tiga Malam

Rekomendasi:

Untuk mendukung replikasi dan keberlanjutan sistem integrasi pekarangan produktif, diperlukan strategi intervensi yang struktur dan berbasis komunitas. 

1). perlu dilakukan massifikasi program mellaui integrasu sistem ini kedalam skema Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dengan dukungan berupa pendampingan teknis, penyediaan bibit unggul serta distribusi indukan ayam petelur kepada rumah tangga sasaran. 

2)  pelatihan teknis yang intensif perlu diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam budiday sayuran organik, manajemen pemeliharaan ayam petelur skala kecil, serta teknik pengolahan kotoran ayam menjadi pupuk kompos yang efektif dan ramah lingkungan. 

3) edukasi gizi harus menjadi bagian integral dari program dengan fokus pada sosialisasi hubungan antara konsumsi produk pekaranagn (telur dan sayuran organik) dan peningkatan status gizi keluarga khususnya dalam upaya pencegahan stunting pada anak. 

4) pembentukan kelompok masyarakat berbasis prinsip zero waste di tingkat RT/RW perlu didorong sebagai wadah berbagi pengetahuan, hasil panen dan praktik terbaik. Inisiatif ini berpotensi memperkuat solidaritas sosial, meningkatkan ketahanan ekonomi lokal serta mendorong transformasi pekarangan rumah menjadi ruang produktif yang inklusif dan berkemajuan. (*)