BeritaNasionalNewsPendidikan

Bangga! Ada Karya Mahasiswa dan Dosen Untika dalam Peluncuran Buku Cerita Anak Dwibahasa 2025

2127
×

Bangga! Ada Karya Mahasiswa dan Dosen Untika dalam Peluncuran Buku Cerita Anak Dwibahasa 2025

Sebarkan artikel ini
Bersama 32 penulis lainnya se-Sulawesi Tengah, dua mahasiswa dan satu dosen Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Inggris (BKI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tompotika Luwuk menghadiri peluncuran buku cerita anak dwibahasa karya mereka yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat (24/10/2025) di Hotel Santika Palu. FOTO: IST

Banggaikece.id- Bersama 32 penulis lainnya se-Sulawesi Tengah, dua mahasiswa dan satu dosen Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Inggris (BKI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tompotika Luwuk menghadiri peluncuran buku cerita anak dwibahasa karya mereka yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah pada Jumat (24/10/2025) di Hotel Santika Palu.

Dalam kegiatan tersebut, total ada 37 judul buku cerita anak dwibahasa (bahasa daerah Sulawesi Tengah – bahasa Indonesia) yang diseminasikan. Termasuk di antaranya merupakan karya dari dua mahasiswa BKI FKIP Untika. Yang pertama atas nama Marshanda Anggraeni, dengan judul bukunya ‘Nggiok Men Banyawa (Gerak yang Bernyawa)’ yang ditulis dalam bahasa Balantak-Indonesia. Selanjutnya, atas nama Yori Mahendra Saingat yang menulis buku berjudul ‘Potil Lisisong Yaku Bekene ko Tinanggu (Minyak Kelapa untuk Ibu)’ dalam bahasa Banggai-Indonesia. 

Dalam keterangannya saat diwawancarai, Marsha mengaku bangga dan berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantunya dalam proses penulisan hingga peluncuran buku. Ia juga menitip pesan kepada teman-teman sesama mahasiswa.

BACA JUGA:  Mahasiswa IPMANAPANDODE Sorong Raya Gelar Makan Bersama untuk Menandai Duka Tiga Malam

“Ini pengalaman pertama saya menulis buku cerita anak dwibahasa. Saya bersyukur atas kesempatan ini. Saya banyak belajar tentang proses menulis, menerjemahkan, dan juga bekerja sama dengan orang lain. Semoga ke depannya semakin banyak teman-teman mahasiswa, khususnya dari Kabupaten Banggai, yang ikut menyalurkan idenya melalui buku cerita anak,” jelas Marsha. 

Sementara itu, Yori juga menyatakan rasa syukurnya atas karyanya. Ia juga memiliki pesan khusus untuk generasi muda saat ini.

“Saya bersyukur dan bangga. Setelah melalui proses panjang dan tidak mudah, saya berhasil membuat buku cerita anak dwibahasa Banggai-Indonesia. Di tengah tantangan masifnya penyalahgunaan akal imitasi (AI), saya belajar bagaimana berkarya dengan jujur. Harapan saya, melalui karya ini, banyak generasi muda yang termotivasi untuk mengembangkan literasi dan mencintai budayanya sendiri melalui karya tulis,” kata Yori.

Tidak hanya mahasiswa, salah satu dosen BKI FKIP Untika, Nurul Pratiwi, S.Pd.,M.A., juga turut berkontribusi dengan karyanya yang berjudul ‘Padagai Togong Bakalan (Penjaga Pulau Bakalan)’ dalam bahasa Banggai-Indonesia. 

BACA JUGA:  Persik Kintom & Dynamites FC Amankan Tiket Terakhir ke Semifinal Piala Hari Pahlawan U-17 2025

“Alhamdulillah, ini buku cerita anak dwibahasa perdana saya. Yang spesial, konten ceritanya memuat pengetahuan, khususnya tentang menjaga ekosistem laut dan pesisir dan latar tempatnya yakni di Pulau Bakalan, Kabupaten Banggai Kepulauan. Saya berharap, target pembaca buku ini, khususnya anak-anak di wilayah penutur berbahasa Banggai dapat terinspirasi untuk mencintai lingkungan sekaligus mempertahankan bahasa daerahnya,” ungkap Nurul.

Atas pencapaian ini, Dekan FKIP Untika Luwuk, Patima M. Usman, S,Pd.,M.Pd., menyampaikan apresiasi sekaligus pesan khusus. 

“Selaku Dekan, saya menitipkan harapan kegiatan peluncuran buku ini menjadi momentum untuk terus meningkatkan apresiasi terhadap dunia literasi, khususnya dongeng yang sarat akan nilai-nilai moral dan kearifan lokal. Insyaallah mahasiswa dapat memperoleh inspirasi dan motivasi untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri. Melalui kolaborasi, mahasiswa dan dosen dapat mewujudkan visi kampus berdampak, terutama dalam pengembangan literasi,” papar Patima.

BACA JUGA:  Nusantara U17 Lolos ke Final Usai Tumbangkan Smantil FC 10-5

Pihak Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah selaku penyelenggara kegiatan, yang diwakili oleh Mohd. Erfan, turut menanggapi keterlibatan mahasiswa dan dosen yang juga membawa nama Kabupaten Banggai. 

“Tanggapan kami sangat positif. Ini adalah bentuk regenerasi penulis dan juga bentuk nyata keberhasilan pemerintah dalam pemajuan literasi di Sulawesi Tengah. Lahirnya penulis baru dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah seperti Kabupaten Banggai dapat menjadi indikator bahwa provinsi kita sedikit demi sedikit mulai meningkatkan tren positif dalam pemajuan literasi,” kata Erfan. 

Pihaknya juga berharap ke depannya lebih banyak lagi penulis lokal yang dapat berkontribusi dalam pemajuan literasi di Sulawesi Tengah.

Tahun ini tim Kabupaten Banggai memiliki lima penulis cerita anak dwibahasa. Selain tiga penulis dari Universitas Tompotika Luwuk, dua penulis lainnya yakni Suparman Tampuyak dari Nambo dan Amelfi Saosang dari Bunta. (*)