Oleh: Dandi Abidina (Ketua HMI Komisariat FISIP UTL dan Mantan Presiden Mahasiswa UNTIKA Luwuk).
Dua kasus besar yang melibatkan aparat negara menyorot perhatian publik dalam beberapa pekan terakhir. Pengadilan Militer I-04 Palembang baru saja menjatuhkan hukuman mati dan pemecatan tidak hormat kepada Kopral Dua (Kopda) Bazarsah atas penembakan tiga anggota Polri di Lampung. Langkah tegas ini mendapat apresiasi luas karena dinilai menjaga marwah TNI sekaligus memberikan rasa keadilan.
Sementara itu, publik masih menunggu kejelasan atas kasus tewasnya pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, yang terlindas kendaraan taktis Brimob saat aksi ricuh di depan Gedung DPR RI.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri memang telah menyampaikan permintaan maaf, serta berjanji mengusut kasus secara transparan dengan pengawasan Kompolnas.
Namun, permintaan maaf dinilai tidak cukup. Publik berharap Polri berani mengambil langkah setegas peradilan militer.
Permintaan maaf memang penting, tetapi kepercayaan masyarakat tidak akan kembali tanpa proses hukum yang jelas, cepat, dan sanksi nyata.
Kritik publik semakin tajam karena peristiwa serupa bukan kali ini saja terjadi. Kekerasan aparat dalam pengamanan aksi selalu berulang, menandakan adanya masalah struktural di tubuh Polri. Karena itu, tidak cukup jika kasus hanya berhenti di meja peradilan. Harus ada evaluasi besar-besaran dan reformasi mendasar di internal kepolisian.
Desakan publik agar Kapolri bertanggung jawab secara langsung juga menguat. Bagi sebagian pihak, mundur dari jabatan merupakan pilihan tepat sebagai bentuk pertanggungjawaban moral sekaligus simbol keseriusan institusi dalam melakukan perbaikan.
Kami menegaskan bahwa tragedi tewasnya Affan Kurniawan bukanlah kasus insidental, melainkan bagian dari pola kekerasan aparat yang terus berulang di setiap pengamanan aksi. Tanpa reformasi mendasar, kekerasan ini akan terus terjadi dan publik akan semakin kehilangan kepercayaan terhadap Polri.
Kapolri harus bertanggung jawab. Mundur adalah pilihan tepat. (*)




