Banggaikece.id- Ramai diberitakan sebelumnya, sebuah rumah di Desa Tanah Abang, Kecamatan Toili, digerebek oleh sekelompok orang pada Sabtu (5/4/2025) dini hari. Penggerebekan tersebut diduga terkait tuduhan praktik politik uang jelang Pemungutan Suara Ulang (PSU).
Salah satu penghuni rumah saat kejadian adalah Suwardi, anggota DPRD Kabupaten Banggai dari Partai Gerindra.
Menanggapi hal itu, media ini melakukan wawancara langsung dengan Suwardi (akrab disapa Agis) untuk mengetahui kronologi kejadian dari sudut pandangnya.
Agis menjelaskan bahwa sebagai kader Partai Gerindra, ia hadir di Kecamatan Toili untuk memberikan dukungan pada pelaksanaan PSU yang diikuti oleh Ketua DPC Gerindra, Sulianti Murad.
“Tadi malam saya bersama Pak Lutfi (Samaduri), sekitar pukul 11 malam saya minta diantar ke Tanah Abang, sementara beliau pulang ke rumah mertuanya di Sentral Timur,” terang Agis.
Ia menuturkan bahwa rumah di Tanah Abang tersebut merupakan rumah kontrakan yang disewakan per kamar, dan saat itu ia tinggal bersama beberapa mahasiswa, termasuk Arbes Lamusu, seorang aktivis asal Kabupaten Banggai.
Setibanya di rumah, Agis langsung beristirahat karena kondisi kesehatannya yang kurang baik, terutama masalah pencernaan. Sekitar waktu subuh, ia bangun untuk menunaikan salat dan saat itu terdengar suara lemparan ke arah rumah.
“Setelah salat, anak-anak di rumah bilang ada yang melempar. Tapi waktu dicek keluar, tidak ada orang,” ujar Agis.
Ia kemudian kembali ke kamar dan ke kamar kecil karena masih merasa mules. Di tengah kondisi itu, sekelompok orang mendobrak masuk dan memaksanya keluar dari kamar mandi. Mereka menuduh Agis sebagai pelaku politik uang.
“Saya benar-benar kaget. Mereka paksa saya keluar, periksa dompet, tas, semua diperiksa, tapi tidak ada yang mereka temukan,” ungkap Agis.
Situasi makin memanas karena intimidasi terus berlanjut hingga akhirnya polisi datang dan mengevakuasi Agis serta beberapa mahasiswa dari rumah tersebut.
Teror Sejak Pagi Hari
Sementara itu, Arbes Lamusu membenarkan kronologi peristiwa tersebut. Ia menyebut bahwa sejak pagi sudah ada enam orang yang mendatangi rumah kontrakan, menanyakan identitas dan keberadaan mereka.
“Mereka datang pagi-pagi, kami jelaskan kami hanya berkunjung dan ingin melihat PSU. Tidak ada kegiatan mencurigakan,” jelas Arbes.
Tak lama setelah itu, kelompok tersebut datang lagi bersama Kepala Desa Tanah Abang dan meminta memeriksa identitas. Karena merasa tidak bersalah, Arbes dan rekan-rekannya menolak.
“Kami bukan bikin keributan. Hanya ingin lihat PSU, kok malah diperiksa. Kami tolak, dan akhirnya Kepala Desa menghubungi polisi,” kata Arbes.
Setelah aparat datang, pemeriksaan tetap dilakukan, termasuk memaksa Agis keluar dari kamar kecil. Namun, tidak ditemukan bukti seperti yang dituduhkan.
“Kami kenal beberapa dari mereka. Mereka bukan warga Tanah Abang, malah dari luar Toili juga. Jadi aneh, sama-sama dari luar kok saling razia,” pungkas Arbes. (*)




