BanggaiKece.id – Mahasiswa asal Paniai yang menempuh pendidikan di Kota Studi Sorong, Papua Barat Daya, berharap Pemerintah Kabupaten Paniai dapat membangun asrama yang layak bagi mereka. Menurut Ketua Asrama Paniai dan Badan Pengurus Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Paniai (IPMAPAN) Kota Studi Sorong, Noak Kayame, jumlah mahasiswa Paniai di Sorong dari tahun 2020 hingga 2024 mencapai lebih dari 70 orang.
Saat ini, para mahasiswa tinggal di Asrama/Kontrakan Paniai (Aspan-Kopan) di Jalan Malibela, Km. 11,5, Distrik Klawalu, Kota Sorong. Sebelumnya, mereka menempati asrama di Lorong II Meuwo, Paniai, Sorong. Namun, pada tahun 2019, Pemda Paniai menambah jumlah kamar untuk mengakomodasi pertambahan mahasiswa di Kota Sorong.
Mahasiswa Paniai sempat beberapa kali dipindahkan ke kontrakan yang disewakan oleh Pemda Paniai, mulai dari Jalan Pendidikan hingga ke Jalan Malibela, Kota Sorong. Namun, kapasitas kontrakan yang terbatas tidak mampu menampung seluruh mahasiswa dalam satu tempat. Akibatnya, sebagian besar mahasiswa harus mencari tempat tinggal sendiri, menyewa kos, atau menumpang di rumah keluarga.
Sayangnya, tidak semua mahasiswa mampu membayar kos-kosan. Banyak dari mereka yang kesulitan membayar karena keterbatasan ekonomi keluarga. Nopelas Nawipa dan Herman Doo, mahasiswa asal Paniai yang berkuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Muhammadiyah Sorong, mengaku kesulitan membayar sewa kos dan kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kami tidak mendapat kiriman uang setiap bulan, hanya sekitar dua atau tiga bulan sekali. Itu pun jumlahnya berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp500 ribu. Karena kondisi ekonomi orang tua sangat terbatas, saya tidak bisa menyewa kos yang dekat dengan kampus. Saya berharap ada asrama yang layak agar tidak membebani orang tua,” kata Nataniel Yogi saat ditemui BanggaiKece.id pada Sabtu (09/03/2025) di lokasi persiapan pembangunan asrama mahasiswa Paniai di Kilo 10, Kota Sorong.
Senior IPMAPAN, Albert Pigome, menambahkan bahwa sebagian mahasiswa terbantu dengan adanya program Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang menanggung biaya pendidikan mereka. Namun, biaya hidup tetap menjadi tantangan utama.
“Mama dan bapak di kampung harus berjuang keras. Mereka berjualan di pasar, tapi kadang tidak laku, sehingga harus membawa pulang dagangan atau membagikannya ke keluarga. Jika ada asrama yang layak, itu akan sangat membantu kami,” ujar Albert, mahasiswa Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan di Universitas Kristen Papua (UKiP) Sorong.
Menurut Albert, Pemda Paniai harus lebih fokus memperhatikan kondisi pendidikan generasi muda Paniai, baik di daerah terpencil maupun di kota studi seperti Sorong.
“Kondisi ekonomi di kampung sangat sulit. Banyak orang tua yang bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sehingga mereka harus memilih hanya membiayai satu anak untuk sekolah, sementara anak lainnya tetap di kampung,” katanya.
Mahasiswa lainnya, Jhonky Pigome, senior IPMAPAN yang berkuliah di Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Sorong (Unimuda), juga menyampaikan harapan serupa.
“Kami sangat berharap Pemda Paniai segera membangun asrama putra dan putri tahun ini. Dengan adanya asrama, kami tidak lagi khawatir akan biaya sewa kontrakan. Jika telat membayar, kami bisa diusir kapan saja oleh pemilik kontrakan,” ujarnya.
Para mahasiswa Paniai berharap Pemerintah Kabupaten Paniai dapat segera merealisasikan pembangunan asrama di Kota Studi Sorong agar mereka dapat fokus belajar tanpa harus terbebani dengan masalah tempat tinggal. (*)
Penulis: Jeri P. Degei




