Banggaikece.id – Ubi Banggai, salah satu varietas lokal yang tumbuh subur di dataran Banggai, kini menghadapi ancaman kepunahan.
Berbagai faktor menjadi penyebab utama, di antaranya metode budidaya yang masih tradisional, pola bertanam yang berpindah-pindah (nomaden), diversifikasi produk olahan yang sangat terbatas, hingga kondisi lahan kering dengan curah hujan yang tidak menentu.
Tak hanya itu, minimnya dukungan pemerintah terhadap pelestarian varietas ini menjadi kendala besar. Penurunan produksi dan produktivitas ubi Banggai dari tahun ke tahun juga diperparah oleh rendahnya kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, akan pentingnya melestarikan varietas lokal yang kaya manfaat ini.
Ubi Banggai dikenal memiliki rasa dan tekstur khas serta kandungan nutrisi dan antioksidan yang sangat baik untuk kesehatan. Sayangnya, meski memiliki potensi besar, produksi ubi ini telah menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir.
“Kami sebagai akademisi yang fokus melakukan riset terhadap ubi Banggai sangat khawatir terhadap ancaman kepunahan varietas ini,” ungkap Dr. Ir. Ramadhani Chaniago, akademisi di Kota Luwuk, Selasa 28 Januari 2025.
Dosen Fakultas Pertanian Unismuh Luwuk itu mengaku, telah berusaha mengkampanyekan diversifikasi produk olahan dari ubi Banggai, namun tanpa dukungan nyata dari pemerintah dan masyarakat luas, usaha ini sulit berhasil.
Dr. Ramadhani juga menambahkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sangat diperlukan untuk melestarikan ubi Banggai. Program konservasi, bantuan bagi petani, serta inovasi dalam diversifikasi produk adalah langkah-langkah strategis yang dapat diambil.
Hingga kini, perhatian pemerintah daerah masih dinilai kurang maksimal. Padahal, dengan adanya program konservasi dan edukasi kepada masyarakat, varietas ubi Banggai dapat terus dikembangkan dan menjadi salah satu sumber ketahanan pangan lokal yang potensial.
Masyarakat dan pemerintah diharapkan segera bertindak untuk menyelamatkan varietas ini. Dengan kerja sama yang baik, pelestarian keanekaragaman hayati, termasuk ubi Banggai, dapat diwujudkan.
“Harapannya, di masa mendatang, akan muncul lebih banyak program untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubi Banggai sehingga dapat mendukung ketahanan pangan lokal sesuai dengan program pemerintah Indonesia saat ini,” tutup Dr. Ramadhani.
Ubi Banggai bukan hanya bagian dari warisan lokal, tetapi juga aset berharga dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional.***