BeritaDaerahKesehatanNews

KPA Banggai Edukasi Peserta Kemah Prestasi Tentang HIV AIDS dan Pencegahannya

451
×

KPA Banggai Edukasi Peserta Kemah Prestasi Tentang HIV AIDS dan Pencegahannya

Sebarkan artikel ini
Sekretaris KPA Banggai, Hj. Rampia Laamiri, memberikan paparan materi kepada peserta kemah prestasi tentang HIV AIDS dan pencegahannya. FOTO: ISTIMEWA
Example 300250

Banggaikece.id- Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Banggai memberikan edukasi tentang HIV AIDS kepada siswa dalam kegiatan Kemah Prestasi III di Desa Sukamaju, Kecamatan Batui Selatan, Rabu 16 Oktober 2024.

Penyuluhan atau sosialisasi tentang HIV AIDS itu dipimpin langsung oleh Sekretaris KPA Banggai, Hj. Rampia Laamiri.

Seperti diketahui, dalam struktur kepengurusan KPA Kabupaten Bangga ini, Bupati Amirudin selaku Ketua dan Wabup Furqanudin Masulili sebagai Ketua Pelaksana.

Dalam paparan materinya, Rampia Laamiri membeberkan pengetahuan dasar tentang HIV AIDS dan diisi juga kuis untuk mengukur sejauh mana pemahaman remaja.

Rampia Laamiri menjelaskan, saat ini pemahaman masyarakat masih rendah dalam memahami HIV dan AIDS. Stigma dan diskriminasi masih terjadi, menghambat upaya pencegahan dan perawatan. 

Olehnya kata Rampia, perlunya Kolaborasi seluruh komponen masyarakat untuk peduli, aktif, dan konsisten kontribusi nyata. Setiap individu dapat berkontribusi sesuai kemampuan untuk menanggulangi epidemi.

BACA JUGA:  Dinas P3AP2KB Bangkep Gelar Dapur Sehat Atasi Stunting

Rampia menuturkan tentang perbedaan HIV/AIDS..HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. HIV terdapat dalam cairan tubuh orang yang tertular HIV, yaitu Darah, cairan sperma (air mani) laki-laki dan cairan getah penis, cairan vagina perempuan ASI (Air Susu Ibu) dari ibu yang Hertular HIV.

Sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yaitu kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh karena diserang oleh HIV, sehingga mudah terserang penyakit dan menjadi lebih parah dari biasanya. AIDS disebabkan oleh HIV, bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan.

HIV ini dapat menular melalui hubungan seksual berganti- ganti pasangan tanpa kondom, pemakaian jarum suntik tidak steril, bekas dipakai orang lain secara bergantian atau tercemar darah mengandung HIV.

Kemudian melalui transfusi darah yang tidak melalui proses pemeriksaan terhadap HIV Dari ibu HIV positif kepada bayinya saat hamil, proses melahirkan spontan/normal dan menyusui.

BACA JUGA:  Pemdes Oluno Bulagi Sukses Gelar Musdes Penetapan RKPDes Tahun 2025

Ditegaskan, HIV ini tidak menular melalui bersentuhan, bersalaman, berpelukan (kontak sosial) Berciuman (melalui air liur), Keringat

Batuk, bersin, Berbagi makanan atau menggunakan peralatan makan bersama, Gigitan nyamuk, Berenang bersama dan Memakai toilet bersama.

Rampia juga menjelaskan tanda orang tertular HIV, tidak ada tanda fisik khusus yang menunjukkan seseorang terinfeksi HIV; penampilan bukanlah jaminan bebas dari virus ini. 

“Siapa pun, tanpa memandang gender, usia, suku, agama, ras, pendidikan, atau pekerjaan, bisa terinfeksi HIV jika memiliki perilaku berisiko. Sebelum berkembang menjadi AIDS (biasanya dalam 5-10 tahun), individu yang terinfeksi HIV bisa tampak sehat, namun mereka tetap dapat menularkan virus tersebut meskipun merasa baik-baik saja,” beber Rampia Laamiri.

Lantas bagaimana seseorang bisa mengetahui jika dirinya terkena HIV..Status HIV dapat diketahui melalui Konseling dan Testing HIV secara sukarela (KTS/VCT). Konseling Pre Tes untuk memahami makna dan tujuan tes, menyiapkan mental untuk melakukan tes. Tes darah untuk mengetahui status HIV. 

BACA JUGA:  Polisi Olah TKP Penemuan Mayat Pria di Kampus Untika Luwuk

Adapun upaya untuk mencegah terinfeksi HIV/AIDS, yakni tidak melakukan hubungan seks bebas / berganti pasangan Praktik Seks Aman: Menggunakan kondom dengan benar dan konsisten (bagi yang sudah menikah).

Kemudian, sterilisasi peralatan medis seperti jarum suntik (untuk transfusi darah) dan tidak menggunakan Narkoba Suntik Tes dan Pengobatan Dini: Penting untuk mendeteksi HIV pada ibu hamil dan memulai pengobatan secepat mungkin.

Melalui sosialisasi ini, Rampia Laamiri berharap, anak-anak remaja ini bisa menjaga pola hidup terhadap resiko penularan HIV juga bisa melakukan hal-hal positif dengan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada keluarga, tetangga dan masyarakat pada umumnya.

“Dengan demikian, tidak ada lagi stigma dan diskiriminasi kepada ODHIV ( Orang dengan HIV),” tandasnya. (*)