BeritaDaerahNews

Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?

760
×

Marak Anak Durhaka, Pertanda Apa?

Sebarkan artikel ini
Example 300250

Oleh; Fitria A. Sulila, A.Md.Kom (Aktivis Dakwah)

Miris, belum lama ini viral berita yang sangat menghebohkan jagat maya, namun kasus ini bukan hanya sekali duakali terjadi. Seperti lingkaran setan yang tidak ada putusnya. 

Lagi dan lagi, seorang pria dibunuh anak kandungnya sendiri.  Kapolsek Duren Sawit AKP Sutikno mengatakan, pelaku yang ditangkap tersebut merupakan kakak beradik yang merupakan anak kandung dari korban berinisial S. 

“Sesuai hasil Interogasi sementara bahwa kedua pelaku merupakan anak kandung korban almarhum S,” ujar Sutikno dalam keterangan tertulis. Bahkan dijelaskan kejadian bermula saat pelaku K (17) dan P (16) mencuri uang milik sang ayah, S. Karena merasa sakit hati dimarahi, kedua pelaku lantas menusuk sang ayah kandung yang menyebabkan korban tewas di tempat. (Kompas.com,  23/6/2024). 

Kasus yang sama juga terjadi di Pesisir Barat, Lampung. Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang anak terhadap orangtuanya ternyata berawal dari permintaan korban untuk dibantu diantarkan ke kamar mandi karena korban menderita stroke. Namun sang anak saat itu sedang makan, hal itu memicu emosi pelaku yang akhirnya memukul ayahnya tersebut berkali-kali. Korban masih sempat dilarikan ke Rumah Sakit terdekat namun akhirnya meninggal dunia. Menurut Polisi yang meminta keterangan dari pihak keluarga bahwa pertengkaran korban dan pelaku memang sering terjadi.

BACA JUGA:  Keren, Majelis Taklim Al Fattah Bukit Mambual Juarai Lomba Sholawat 

Generasi sayang generasi malang, hidup dalam sistem sekularisme membuat kriminalitas semakin meningkat, bahkan bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat. Tak asing lagi bahkan dilakukan oleh pelaku yang masih di bawah umur, lantas mengapa sekularisme sebegitu berbahayanya jika terus dijadikan sistem kehidupan? Sekularisme adalah pemisahan agama dari kehidupan, itulah sebabnya paham sekularisme inilah yang menihilkan peran agama dalam mengatur kehidupan manusia, karena aturan agama tak dijadikan landasan dalam melakukan suatu perbuatan. Akhirnya manusia berbuat sesuai hawa nafsu, halal-haram tak lagi menjadi sandaran dalam melakukan suatu perbuatan. 

Bukan hanya itu, paham sekularisme jugalah yang menjadikan sistem pendidikan di negeri ini jauh dari aturan Islam.  

Pelajaran agama hanya menjadi pemanis belaka sehingga hanya diberikan beberapa jam dalam sepekan. Wajar saja bila output generasi yang dihasilkan belum berkepribadian Islam dan belum siap menjadi generasi yang sehat jiwa dan kuat akidah. Sehingga lahirlah generasi yang bermental kerupuk, mudah rapuh, dan mudah sakit hati. Padahal perintah orangtua salah satu jalan menggapai ridho Allah.

BACA JUGA:  2.668 Peserta Siap Ramaikan Run de City, Ada dari Jepang Hingga India

Sekularisme-kapitalisme telah merusak dan merobohkan pandangan mengenai keluarga. Keluarga bukan menjadi tempat pulang ternyaman seperti yang diajarkan oleh Rasulullah “Rumahku, Surgaku”. Tapi bagi banyak generasi hari ini, rumah telah menjadi tempat penuh derita, ayah lupa mendidik anak-anaknya karena terlalu disibukkan dengan pekerjaan, seakan-akan seorang ayah hanya menjadi mesin pencetak uang dan lupa hak istri dan juga anak yang perlu dididik, ibu tidak bisa mengontrol emosinya sehingga dilampiaskan pada anak, anak kehilangan kepekaan pada orang tua.  Sekularisme melahirkan manusia-manusia miskin iman yang tidak mampu mengontrol emosinya, rapuh dan kosong jiwanya. Kapitalisme menjadikan materi sebagai tujuan, abai pada keharusan uuntuk birrul walidain atau berbakti pada orangtua. Sistem pendidikan sekuler tidak mendidik agar memahami birul walidain.  Lahirlah generasi rusak, rusak pula hubungannya degan Allah. 

Berbeda halnya dalam Islam, Islam merupakan sebaik-baik sistem pengatur kehidupan, dalam skala individu, masyarakat maupun negara. Islam memiliki sistem pendidikan yang handal dalam menyiapkan individu-individu yang tangguh dan berkepribadian Islam, sistem pendidikan Islam juga mampu menjaga fitrah individunya agar terus berada dalam rel ketaatan.

BACA JUGA:  Mulai 25 September, Incumbent Harus Cuti dan Banggai Dipimpin Pejabat Sementara 

Dalam Islam, generasi akan terus dipahamkan mengenai makna berbakti pada orangtua, bahkan negara pun akan turut menjaga generasi dari ancaman luar misal menonton film-film yang merusak moral, lingkungan yang penuh dengan kemaksiatan dan lain sebagainya. Yang perlu dipahami generasi bahwa :

1. Dalam Islam, ridha Allah terletak pada ridha orangtua. Ketaatan dan bakti kepada orang tua dapat mendatangkan keridhaan Allah, yang merupakan sumber utama keberkahan hidup.

2. Berbakti pada orangtua dapat membuka pintu rezeki. Allah berjanji untuk memberikan rezeki yang baik bagi mereka yang berbuat baik kepada orang tua.

3. Berbakti pada orangtua adalah salah satu cara untuk mencapai ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa diri sendiri maupun orang tua.

4. Doa orangtua merupakan doa yang mustajab.

5. Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa berbakti pada orang tua dapat memperpanjang umur dan menjaga kesehatan seseorang.

6. Ketaatan pada orang tua adalah salah satu amalan yang mendapatkan pahala besar. Setiap bentuk kebaikan untuk mereka berupa kata-kata yang baik, bantuan fisik, atau perhatian, akan dicatat sebagai amal kebaikan.7. Memperbeasar peluang untuk masuk surga. (*)