Oleh: Muhtamilaturrohma (Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang)
Perundungan atau yang biasa dikenal bulliying, merupakan perilaku agresif dan bersifat berulang, yang dilakukan oleh individu terhadap individu, atau kelompok terhadap individu.
Meskipun kita hidup di zaman di mana teknologi berkembang pesat, namun sayangnya, perundungan masih tetap menjadi masalah yang mengkhawatirkan.
Bullying telah menjadi isu umum di sekolah dasar, dimana anak-anak mengalami berbagai bentuk pelecehan dari teman-temannya. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisis peran Pancasila, ideologi Indonesia, dalam mengatasi kasus bullying di kalangan siswa sekolah dasar. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, Pendidikan Pancasila di sekolah dasar diwajibkan untuk menumbuhkan pengembangan perilaku positif dan memberdayakan siswa/siswi untuk memahami dan memenuhi hak serta tanggung jawabnya sebagai siswa/siswi negara indonesia yang baik.
Pancasila bukan sekadar sebuah doktrin ideologi, melainkan pedoman bagi kita dalam menciptakan lingkungan yang damai dan bebas dari perundungan, memiliki kontribusi penting bagian dalam mencanai adab dan keistimewaan bangsa. Konsep ini, yang dicetuskan oleh founding fathers Indonesia, memegang sasaran lazim kepada menulis umum yang adil, makmur, dan berkeadilan.
Salah tunggal faktor istimewa berbunga Pancasila adalah kanon bahwa pandangan ini menyanggah segala pola cemooh. Artikel ini akan membicarakan sokongan Pancasila seperti pandangan zona dan primer depan bagaimana Pancasila menggotong penentangan terhadap cemooh.
Pancasila terdiri dari lima ketentuan, kelima ketentuan ini meyakinkan lazim yang mencanai pokok kurang zona Indonesia. Yang pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, Yang kedua Kemanusian yang adil dan berbukti pekerti, Yang ketiga Berasosiasi Indonesia, Yang keempat rakyat yang di pimpin oleh perwakilan, Yang kelima sosial yang kurang di Indonesia.
Pada sila pertama, Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. kita diajarkan untuk memiliki sikap toleransi terhadap sesama, sebuah nilai yang sangat penting dalam mencegah terjadinya perundungan karena kurangnya penghargaan terhadap keberagaman agama dan budaya. Dengan memiliki teguh ideal-ideal ini, Indonesia bisa menulis sikap yang seirama di sela perbedaan, menolak umum berbunga kepiawaian cemooh bertema ajaran atau kepercayaan.
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan berbudi pekerti menekankan pentingnya keadilan sosial yang adil dan beradab, sebagai kunci bagi harmoni sosial di Indonesia. Namun, mengapa, di tengah nilai-nilai luhur ini, perundungan masih saja terjadi?
Persatuan Indonesia, Sila ketiga menyoroti pentingnya persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Meskipun Indonesia kaya akan ragam budaya, suku, dan agama, seharusnya keberagaman ini menjadi sumber kekuatan, bukan kehancuran.
Sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. mengajarkan bahwa penyelesaian konflik melalui dialog, musyawarah, dan diskusi adalah jalan damai yang seharusnya diutamakan. Dengan menerapkan nilai-nilai ini, kita dapat bersama sama dalam mencari solusi untuk mengakhiri tindakan perundungan.
Pada sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. tidak jauh berbeda dari sila kedua. Keadilan sosial memang sangat perlu, agar menjadikan setiap individu merasa aman dan dihargai.
Dampak dari perundungan tidak hanya dirasakan saat kejadian berlangsung, tetapi juga dapat berpengaruh dalam jangka panjang.
Banyak dampak negatif yang dirasakan oleh para korban, termasuk kecemasan, depresi, rendahnya harga diri, bahkan hingga keinginan untuk mengakhiri hidup atau biasa disebut dengan bunuh diri.
Untuk memerangi perundungan secara efektif, penting untuk mengimplementasikan nilai nilai pancasila kedalam kurikulum sekolah dasar. Dengan mengedepankan pada sila Yang pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sekolah dapat menumbuhkan toleransi dan menghargai perbedaan agama. Hal ini mendorong siswa untuk menghargai keberagaman dan mencegah terjadinya perundungan karena perbedaan agama.
Selain itu, sila kedua Pancasila, yaitu kemanusiaan, menekankan pentingnya memperlakukan orang lain dengan empati dan kebaikan. Dengan menumbuhkan rasa kasih sayang di kalangan siswa, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang mendukung sehingga kecil kemungkinan terjadinya perundungan.
Meski seringkali terlihat sepele, tindakan ini dapat membawa dampak yang sangat serius bagi korban. Untuk itu, peran kita semua dalam mencegah dan menghentikan perundungan sangatlah penting. Pendidikan mengenai pentingnya saling menghargai dan menghormati harus ditanamkan sejak dini, baik di rumah maupun di sekolah.
Pentingnya keterlibatan berbagai pihak untuk mengatasi perundungan juga tidak bisa diabaikan. Pihak sekolah, misalnya, harus proaktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
Namun, tanggung jawab tidak hanya terletak pada lembaga pendidikan dan keluarga saja. Masyarakat luas, termasuk teman sebaya, juga memegang peranan penting dalam menghentikan perundungan.
Sayangnya, penerapan nilai-nilai Pancasila nampaknya semakin berkurang di Indonesia. Maraknya perundungan mencerminkan kegagalan pengamalan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tidak adanya penghargaan terhadap keberagaman agama bertentangan dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, sedangkan tindakan bullying sendiri bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.
Kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab, penting untuk menginternalisasikan dan menumbuhkan nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila tidak boleh sekedar dihafal, tapi harus menjadi filter dalam tindakan kita, apalagi jika menyangkut perilaku yang bertentangan dengan prinsipnya, seperti perundungan. Penindasan tidak boleh dibenarkan atau ditoleransi dalam konteks apa pun, karena hanya akan merugikan individu yang terlibat. Mari kita semua bersatu dalam misi menghentikan penindasan dan menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua orang.
Kampanye anti-bullying perlu digalakkan untuk menyadarkan semua pihak akan bahaya dan dampak buruk perundungan. Dengan demikian, diharapkan ada peningkatan kesadaran dan kepedulian terhadap masalah ini.
Teknologi, yang sering kali menjadi medium perundungan, juga bisa dimanfaatkan untuk melawannya. Kampanye digital, platform pelaporan anonim, dan aplikasi pendukung kesehatan mental dapat menjadi alat efektif untuk membantu korban perundungan.
Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari perundungan. Setiap individu harus berusaha untuk menginternalisasi dan mengamalkan nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian, kita dapat bersama-sama menciptakan masyarakat yang lebih harmonis, saling menghargai, dan bebas dari perundungan.
Hanya dengan kerja sama dan kesadaran kolektif, kita dapat mengakhiri siklus kekerasan ini dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Pemerintah harus mendukung dengan regulasi yang tegas dan program-program pendukung, sementara lembaga pendidikan harus menjalankan kebijakan yang efektif. Organisasi non-pemerintah dan komunitas lokal juga dapat berkontribusi melalui program-program dukungan dan edukasi.
Kesimpulannya, penerapan nilai-nilai Pancasila di sekolah dasar berperan penting dalam mengatasi permasalahan bullying. Dengan mengedepankan toleransi, empati, dan rasa hormat terhadap orang lain, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar positif yang mencegah perilaku intimidasi.
Penting bagi seluruh warga negara untuk menganut Pancasila dan secara aktif menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memerangi perundungan secara efektif. Bersama-sama, kita dapat membuat perbedaan dan menciptakan masyarakat di mana penindasan tidak mendapat tempat.
Sebagai penutup, Pancasila bukan semata-mata sekadar pandangan zona Indonesia, tetapi juga seperti pokok kepatuhan yang kuat dugaan kepada menyanggah segala pola cemooh.
Melalui rekayasa ideal-ideal Pancasila, Indonesia bisa menguasai sasaran seperti umum yang adil, makmur, dan berkeadilan. Dengan mengajar dan memuliakan amanat-amanat ini, Indonesia menyerahkan pertolongan potret bagian dalam bermanfaat kosmos yang lebih tunduk, berlibur berbunga cemooh dan ketidakadilan. (*)




