Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera)
Spiritualitas, khususnya dalam pengertian ilmu, mengenal tiga istilah bagian saling terkait dan bersifat satu-kesatuan secara keseluruhan berupa syariah, ma’rifah, dan hakikah.
Ketiga komponen dapat dipahami secara berurutan sebagai tingkatan. Secara teori, ketiga tingkatan tersebut dapat dipahami sebagai proses perjalanan spiritual manusia secara keseluruhan dalam keteraturan/ketertiban dalam disiplin keilmuan.
Artikel ini tidak sedang mengulas pengertian komponen atau tingkatan dalam perjalanan spiritual tersebut, alasan seorang sufi, sebutan penempuh jalan tersebut mengambil jalan spiritual tersebut.
Meski bersifat mendaki dan sulit sebagaimana istilah yang digunakan dari Qur’an Surat Al-Balad ayat 11, namun terdapat saja di antara makhluk Allah yang memilih untuk mengambil jalan tersebut. Disebut sebagai bagian dari golongan Kanan, perjalanan yang dipertentangkan dengan mereka golongan kiri yang akan menghuni neraka yang ditutup rapat.
Ada gejolak dalam diri seorang menciptakan keinginan dalam diri untuk diwujudkan. Termasuk Sufi, gejolak yang kemudian diterjemahkan sebagai spiritualitas dalam diri seorang sufi, membuatnya berusaha sebisa daya (“mujahadah”) untuk memenuhinya dalam rangka kebutuhan syari’ah dan mewujudkan pemahaman atau “mengerti” yang disebut ma’rifah sebelum akhirnya memuncak pada hakikat.
Jika Rabi’ah al-Adhawiyah mengatakan menempuh jalan spiritual ala tasawwuf ini dengan alasan hendak mengetahui dengan keyakinan penuh bahwa Allah ridlo terhadap dirinya.
Dikisahkan setelah menapaki jalan yang terjal khas spiritualitas, keinginannya terjawab dengan berbagai fenomena yang terjadi padanya kala itu, hal ini dapat dicermati dalam kitab-kitab i’tibar yang mengulasnya.
Kisah serupa namun tidak sama sebagaimana yang dijalankan oleh seorang pendeta Nasrani bernama Sam’an yang dipuja-puja banyak orang sebagai pengikutnya kala itu.
Meski terdapat kekeliruan orientasi, berupa amalan akhirat yang mengarah kepada kepentingan dunia, pengalaman spiritual atau asketik Sam’an menunjukkan sebuah perjuangan besar dalam menempuh jalan spiritual.
Bahkan pada suatu riwayat mengatakan bahwa, sosoknya rela menahan diri dengan mengkonsumsi hanya satu biji kacang Arab setiap harinya.
Apa pun itu, dengan berbagai tujuan dalam menempuh jalannya, seorang sufi akan diberikan balasan oleh Allah atas setiap niat dan usaha yang dijalankan.
Namun ketaqwaan dan mengarahkan setiap niat dan usaha kepada Allah dengan mengharap wajah dan karuniaNya adalah utama dengan mengutamakan segala hal dari pada kepentingan dunia, Insya Allah! (*)